- Rilis Data Ekonomi Indonesia – Inflasi IHK (Indeks Harga Konsumen) RI November 2025 turun ke 2,72% YoY. Adapun PMI manufaktur Indonesia naik ke level 53,3 pada November 2025, menandai ekspansi 4 bulan beruntun.
- BI Proyeksikan Ekonomi RI +4,9–5,7% YoY pada 2026 – BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2026 sedikit lebih tinggi dari perkiraan September 2025. Gubernur BI juga menegaskan komitmen untuk menjaga stabilitas nilai tukar.
Rilis Data AS: Sinyalkan Pelemahan, Ekspektasi Rate Cut Menguat – Penjualan ritel AS naik tipis pada September 2025, meningkat 0,2% setelah naik 0,6% pada Agustus. Sementara itu, indeks harga produsen (PPI) AS mengalami inflasi 0,3% MoM pada September 2025.
|
|
|
Rilis Data Ekonomi Indonesia
|
- BPS mencatat inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) di Indonesia mencapai 2,72% YoY pada November 2025 (vs. Oktober 2025: inflasi 2,86% YoY), dengan kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebagai penyumbang utama. Inflasi inti tercatat relatif stabil di level 2,36% YoY (Oktober 2025: 2,36% YoY, September 2024: 2,09% YoY).
- Secara bulanan, inflasi IHK mencapai 0,17% MoM (vs. Oktober 2025: inflasi 0,28% YoY), dengan komoditas emas perhiasan sebagai penyumbang utama.
- S&P Global mencatat bahwa Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia naik ke level 53,3 pada November 2025 (vs. Oktober 2025: 51,2), menandai ekspansi aktivitas pabrik dalam 4 bulan beruntun.
- Hasil ini didorong oleh kenaikan pesanan baru yang meningkat pada laju tercepat sejak Agustus 2023.
- Produsen Indonesia juga menunjukkan optimisme terhadap outlook 2026 meskipun tingkat confidence produsen tergolong paling lemah sejak April 2012.
|
BI Proyeksikan Ekonomi RI +4,9–5,7% YoY pada 2026
|
- Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 di kisaran +4,9–5,7% YoY, sedikit lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya pada September 2025 di kisaran +4,7–5,5% YoY.
- Adapun proyeksi pertumbuhan kredit perbankan (loan growth) pada 2026 berada di kisaran +8–12% YoY, naik dibandingkan target 2025 di kisaran +8–11% YoY. Sebagai perbandingan, Bank Indonesia pada September 2025 memperkirakan loan growth pada 2026 berkisar +9–12% YoY.
- Gubernur BI, Perry Warjiyo, pada Senin (1/12) mengatakan bahwa pihaknya berupaya mendorong nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat ke level 16.500 atau bahkan 16.400 sembari menegaskan komitmen untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Pada Senin (1/12), Rupiah diperdagangkan pada level ~16.660 per dolar AS atau melemah sekitar -3,4% sejak awal tahun.
|
Rilis Data AS: Sinyalkan Pelemahan, Ekspektasi Rate Cut Menguat |
- Biro Statistik Tenaga Kerja AS pada Selasa (25/11) mencatat bahwa indeks harga produsen (PPI) AS mengalami inflasi 0,3% MoM pada September 2025 (vs. Agustus 2025: deflasi 0,1% MoM), sejalan dengan ekspektasi konsensus di level +0,4% MoM. Di sisi lain, inflasi inti PPI AS mencapai 0,1% MoM (vs. Agustus 2025: deflasi 0,1% MoM), di bawah ekspektasi konsensus di level 0,2% MoM.
- Dalam laporan terpisah, Biro Sensus AS mencatat bahwa penjualan ritel AS naik +0,2% MoM pada September 2025 (vs. Agustus 2025: +0,6% MoM), lebih rendah dibandingkan ekspektasi konsensus di level +0,4% MoM dan menjadi peningkatan terlemah dalam 4 bulan terakhir. Sementara itu, penjualan ritel inti, yang digunakan untuk menghitung PDB, juga terkontraksi -0,1% MoM (vs. Agustus 2025: +0,6% MoM), di bawah ekspektasi konsensus di level +0,3% MoM.
- Rilis data yang cenderung melemah memberi ruang bagi pelonggaran moneter. Probabilitas pemangkasan suku bunga AS sebesar -25 bps pada Desember 2025 meningkat menjadi ~87% per Senin (1/12, vs. 21/11: ~71%) berdasarkan CME FedWatch Tool.
|
|
|
Rangkaian data ekonomi AS terbaru kembali menunjukkan pelemahan. PPI mencatat kenaikan tipis sesuai perkiraan, namun inflasi inti masih lemah. Di sisi lain, penjualan ritel juga melemah dan bahkan turun pada komponen intinya, menandakan konsumsi yang mulai melambat. Kombinasi data yang relatif mengindikasikan pelemahan ini mendorong probabilitas pemangkasan suku bunga AS sebesar -25 bps pada Desember 2025 meningkat. Di dalam negeri, inflasi Indonesia turun ke 2,72% YoY (November 2025). Angka ini masih dalam koridor target BI. Di samping itu, PMI manufaktur konsisten berada di zona ekspansif sejak Agustus 2025 mencerminkan berlanjutnya peningkatan aktivitas produksi, menandakan momentum pemulihan ekonomi yang tetap terjaga. Ke depan, investor perlu mencermati dinamika ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed menjelang pertemuan FOMC pada 9–10 Desember 2025 serta bagaimana BI merespons kondisi tersebut, mengingat dinamika ini berpotensi mempengaruhi arus modal dan stabilitas rupiah. Berdasarkan konsensus Bloomberg, BI Rate diproyeksikan turun -25 bps pada Desember 2025 dan -25 bps ke level 4,25% pada 2026. Bagi investor yang ingin menjaga stabilitas portofolio, aset seperti Reksa Dana Pasar Uang tetap menjadi pilihan untuk aset yang rendah risiko. Sementara itu, Reksa Dana Obligasi berpotensi diuntungkan di tengah tren penurunan suku bunga yang diperkirakan masih akan berlanjut tahun depan. |
Top Reksa Dana Pasar Uang di Bibit
|
*Return reksa dana per 28 November 2025. Berdasarkan data historis, tidak menjamin kinerja masa depan. |
Top Reksa Dana Obligasi di Bibit
|
*Return reksa dana per 28 November 2025. Berdasarkan data historis, tidak menjamin kinerja di masa depan. |
Kinerja Saham Perbankan dalam 5 Tahun Terakhir
|
Data saham per 28 November 2025, memperhitungkan price return dan dividend. Berdasarkan data historis, tidak menjamin kinerja di masa depan. |
|
|
Foreign Flow Obligasi Secara Year-to-Date Kembali Positif
|
Sumber: Bloomberg per 28 November 2025, kecuali data foreign flow obligasi per 27 November 2025
|
|
|
💰Reinvestasikan Dividen Tahun Ini Agar Hemat Pajak – Dividen yang kamu terima bisa bebas pajak dengan menginvestasikan kembali (reinvestasi) ke Reksa Dana Pasar Uang atau Obligasi FR dan hold minimal 3 tahun. Berlaku untuk dividen dari hasil investasi dan dividen kegiatan usaha yang diperoleh dari dalam negeri. |
|
|
Writer: Bibit Investment Research Team Disclaimer: Konten dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual produk tertentu. |
|
|
Email ini dikirim oleh PT Bibit Tumbuh Bersama, Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Informasi di dalam email ini bersifat rahasia dan hanya ditujukan bagi investor yang menggunakan APERD PT Bibit Tumbuh Bersama dan menerima email ini. Dilarang memperbanyak, menyebarkan, dan menyalin informasi rahasia ini kepada pihak lain tanpa persetujuan PT Bibit Tumbuh Bersama. Reksa dana merupakan produk pasar modal dan bukan produk APERD. APERD tidak bertanggung jawab atas risiko pengelolaan portofolio yang dilakukan oleh Manajer Investasi. Semua investasi mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas nilai investasi. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa depan. Kinerja historikal, keuntungan yang diharapkan dan proyeksi probabilitas disediakan untuk tujuan informasi dan ilustrasi.
Untuk informasi lebih lanjut, klik di sini.
|
Copyright © 2024. All rights reserved. |
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar