-   The Fed Pangkas Suku Bunga -25 Bps, Namun Sinyalkan Penundaan Pemangkasan Berikutnya – Bank Sentral AS (The Fed) putuskan memangkas suku bunga ke kisaran 3,75–4%, sesuai ekspektasi konsensus. Namun, Powell menegaskan bahwa pemangkasan lanjutan pada Desember belum menjadi kepastian.
 -   AS–China Capai Kesepakatan Dagang Baru: Pemangkasan Tarif, Kontrol Ekspor & Penanganan Fentanyl – Kesepakatan ini mencakup penangguhan pembatasan mineral langka dan berlanjutnya impor kedelai oleh China, menandai meredanya ketegangan dagang AS–China.
 -   Rupiah Catat Pelemahan Mingguan Keempat  – Menandai periode penurunan mingguan terpanjang sejak awal Agustus 2025 seiring masih adanya kekhawatiran terhadap fiskal negara. 
 
  |  
  |  
  |  
   The Fed Pangkas Suku Bunga -25 Bps, Namun Sinyalkan Penundaan Pemangkasan Berikutnya
   |  
 -   Bank Sentral AS, The Fed, pada Rabu (29/10) waktu setempat memutuskan untuk melakukan pemangkasan suku bunga kedua di 2025 sebesar 25 bps ke kisaran 3,75–4%, sesuai ekspektasi konsensus.   
 - Powell menegaskan bahwa meskipun inflasi masih berada di atas target 2%, risiko inflasi yang lebih tinggi dan persisten telah menurun secara signifikan. 
 -   Ia juga menekankan bahwa pemangkasan suku bunga lanjutan pada Desember belum menjadi kepastian mengingat terhambatnya proses perilisan data ekonomi AS terkini akibat government shutdown sejak awal Oktober 2025. 
 -   Sebagai konteks, pada pertemuan September lalu, The Fed memproyeksikan 2x pemangkasan suku bunga lagi hingga akhir 2025 ke kisaran 3,5–3,75%.
 -   Sementara itu, berdasarkan CME FedWatch Tool, pemangkasan suku bunga AS pada pertemuan Desember turun menjadi 63% (vs. seminggu lalu: 92%).
 
  |  
   AS–China Capai Kesepakatan Dagang Baru: Pemangkasan Tarif, Kontrol Ekspor & Penanganan Fentanyl  |  
 -   Kesepakatan baru yang membantu meredakan ketegangan dagang AS–China mencakup:
-   AS sepakat memangkas bea impor atas barang asal Tiongkok dari ~57% menjadi ~47%, China juga setuju untuk menangguhkan semua tarif balasan yang telah diumumkan sejak 4 Maret 2025.
 -   AS sepakat untuk menunda selama satu tahun penerapan aturan kontrol ekspor baru terkait produk teknologi, termasuk peralatan manufaktur semikonduktor.
 - China berkomitmen untuk melanjutkan pembelian kedelai dari AS.
 -   China sepakat untuk menunda selama satu tahun penerapan kontrol ekspor atas rare earth minerals dan magnet.
 
  -   Selain aspek perdagangan, kedua negara juga menegaskan komitmen bersama untuk memerangi ekspor fentanyl ke AS. Selain itu, kedua pihak juga membahas akses chip buatan AS ke China, termasuk chip AI dari Nvidia, di tengah langkah otoritas China yang sebelumnya memperketat impor chip dan mendorong perusahaan teknologi domestik untuk beralih ke produk lokal.  
 
  |  
 Rupiah Catat Pelemahan Mingguan Keempat   |  
 -   Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terdepresiasi -0,2% WoW/-0,2% MoM per Jumat (31/10) ke level 16.630, menandai periode penurunan mingguan terpanjang sejak awal Agustus 2025 dan penurunan bulanan pertama sejak Juni 2025.
 -   Pelemahan ini dipicu oleh foreign outflow dari pasar obligasi pemerintah setelah reli tajam sebelumnya, di tengah kekhawatiran terhadap kondisi fiskal negara.
 -   Dari sisi pasar obligasi, yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun secara bulanan turun -30 bps, menjadi penurunan bulanan terbesar sejak Mei 2024.
 -   Secara terpisah, pernyataan Menteri Keuangan Purbaya yang menegaskan akan berupaya untuk menghindari skema burden sharing dengan Bank Indonesia (BI) sebagai upaya menjaga otonomi bank sentral. Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan kemungkinan pembelian obligasi pemerintah di pasar sekunder dan menanggung sebagian biaya bunganya untuk mendukung pembiayaan program prioritas Presiden.  
 
  |  
  |  
  |  
   Secara macro global, penundaan kontrol ekspor AS–China berpotensi memberikan angin segar bagi rantai pasok global, terutama mengenai rare-earth minerals yang digunakan antara lain dalam pembuatan kendaraan listrik hingga radar militer.    Dari sisi pasar keuangan, meredanya ketegangan dagang antara kedua negara turut mendorong perbaikan sentimen risk-on di pasar global, di atas prospek suku bunga yang lebih rendah pasca pemangkasan kedua oleh The Fed tahun ini.    Sementara itu, dengan inflasi sebagai salah satu pertimbangan utama The Fed dalam memangkas suku bunga,  kesepakatan AS–China yang mencakup penurunan tarif berpotensi mendukung outlook inflasi AS.     Mayoritas konsensus Bloomberg memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga hingga 25 bps lagi hingga akhir tahun 2025 dan 75 bps lagi di 2026, meski Powell mengisyaratkan pemangkasan lanjutan pada pertemuan Desember belum menjadi kepastian.     Pasar global sendiri tampak sudah pricing–in ekspektasi perkembangan positif dari pertemuan Trump dan Xi, tercermin dari reaksi market yang muted dengan beberapa indeks turun tipis per Kamis (30/10) sore, seperti di Asia (Shanghai Composite -0,73%), Eropa (Stoxx 50 -0,50%), dan AS (S&P Futures -0,04%).   Perkembangan kondisi makro global yang masih dinamis membuat investor perlu tetap disiplin berinvestasi sesuai profil risiko dan tujuan keuangan masing–masing, agar tidak mudah terpengaruh oleh fluktuasi pasar yang memicu panic selling atau FOMO.  - Reksa Dana Pasar Uang bisa menjadi pilihan aset rendah risiko untuk menjaga stabilitas portofolio di tengah pergerakan market yang fluktuatif. 
 -   Sedangkan bagi Investor dengan profil risiko low–moderate yang memiliki jangka waktu investasi lebih panjang juga bisa mempertimbangkan Reksa Dana Obligasi yang cenderung diuntungkan saat tren penurunan suku bunga.
 -   Sementara itu, untuk investor dengan profil risiko lebih agresif, kami menilai saham consumer dan banking cukup menarik, mengingat valuasi keduanya sudah berada di level yang rendah secara historis. Kami menilai potensi risiko penurunan lanjutan di kedua sektor tersebut relatif terbatas, dengan sudah terlewati nya puncak pesimisme dan potensi keberlanjutan foreign inflow (inflow sudah positif di 1W dan 1M terakhir).   
 
  |  
 Top Reksa Dana Obligasi di Bibit 
   |  
   *Return reksa dana per 31 Oktober 2025.  Berdasarkan data historis, tidak menjamin kinerja di masa depan.  |  
 Top Reksa Dana Pasar Uang di Bibit
   |  
 *Return reksa dana per 31 Oktober 2025.  Berdasarkan data historis, tidak menjamin kinerja di masa depan.  |  
 Kinerja Saham Perbankan dalam 5 Tahun Terakhir
   |  
 Data saham per 31 Oktober 2025, memperhitungkan price return dan dividend.   Berdasarkan data historis, tidak menjamin kinerja di masa depan.  |  
  |  
  |  
   Foreign Inflow Saham Mingguan Tertinggi Sejak Agustus 2025
 
   |  
 Sumber: Bloomberg per 31 Oktober 2025, kecuali data foreign flow obligasi per 30 Oktober 2025
   |      |  
  |  
   ⛏️ Indonesia's Gold Playbook: From Mine to Market – Emiten industri emas di IHSG memiliki peran beragam dalam rantai industri, serta memiliki proporsi bisnis emas yang berbeda. Baca selengkapnya untuk mengetahui keterlibatan perusahaan di Indonesia terhadap industri emas!   
 
   ๐ฆ BMRI: Laba Bersih 9M25 (-10% YoY) Sejalan Ekspektasi, Indikasikan Pemulihan Kinerja pada 2026 – BMRI mencatatkan laba bersih sebesar Rp13,3 triliun pada 3Q25 (-14% YoY, +18% QoQ) dan Rp37,7 triliun pada 9M25 (-10% YoY; 75% estimasi konsensus 2025F). Manajemen BMRI mengindikasikan loan growth berpotensi lebih tinggi pada 2026 dan berupaya mempertahankan level NIM.   
 
   ๐ถ TLKM: Laba Bersih 9M25 (-11% YoY) di Bawah Ekspektasi – TLKM mencatatkan laba bersih sebesar Rp4,8 triliun pada 3Q25 (-19% YoY, -7% QoQ) dan Rp15,7 triliun pada 9M25 (-11% YoY; 68% estimasi konsensus 2025F). Manajemen TLKM merevisi turun guidance pendapatan 2025 dari flat menjadi sedikit terkontraksi.   
 
   ๐ฐ Danantara Siapkan Plafon Kredit Rp210 T untuk Koperasi Desa Merah Putih – Plafon tersebut ditujukan untuk pengembangan ~80.000 unit Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) dengan keterangan BBNI, BMRI, dan BBRI masing–masing akan mengelola Rp66 triliun, sementara Rp12 triliun sisanya akan ditempatkan di BRIS.    |  
  |  
  |  
   Writer: Bibit Investment Research Team   Disclaimer: Konten dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual produk tertentu.  |  
  |  
  |  
   Email ini dikirim oleh PT Bibit Tumbuh Bersama, Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Informasi di dalam email ini bersifat rahasia dan hanya ditujukan bagi investor yang menggunakan APERD PT Bibit Tumbuh Bersama dan menerima email ini. Dilarang memperbanyak, menyebarkan, dan menyalin informasi rahasia ini kepada pihak lain tanpa persetujuan PT Bibit Tumbuh Bersama.     Reksa dana merupakan produk pasar modal dan bukan produk APERD. APERD tidak bertanggung jawab atas risiko pengelolaan portofolio yang dilakukan oleh Manajer Investasi. Semua investasi mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas nilai investasi. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa depan. Kinerja historikal, keuntungan yang diharapkan dan proyeksi probabilitas disediakan untuk tujuan informasi dan ilustrasi.
  Untuk informasi lebih lanjut, klik di sini.  
  |  
 Copyright © 2024. All rights reserved.  |  
  |    
  |  
  | 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar